MENYENDIRI
SENDIRI
Saat
menyendiri, seringkali saya ingat akan apa yang sudah saya lakukan sebelumnya,
mulai dari apa yang sudah saya tuliskan, ucapkan, hingga sikap yang sudah
dilakukan. Sehingga merasa bersalah saat itu, pikiran dan hati pun lebih akur
dalam memutuskan apa yang nantinya dapat kita lakukan lebih baik ke depannya.
Sehingga kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
Kalau
jaman dulu sering kudengar, dengan bertapa orang akan sakti, dengan menyendiri
di suatu tempat seseorang akan mendapatkan sesuatu bisikan ghaib dan lain-lain.
Intinya menyendiri ini menjadi kunci dalam mendapatkan inspirasi yang pure
(asli) dan juga memberikan ruang dan kesempatan yang luas bagi imajinasi kita
untuk mengembangkan inspirasi tersebut.
Ketika
menyendiri, otomatis pikiran dan hati kita benar-benar memiliki kesempatan yang
cukup optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Pikiran
untuk berpikir dan hati untuk merasa. Maka patutlah ketika menyendiri keputusan
yang diambil lebih baik dan objektif. Akan tetapi ini juga ditentukan seberapa
banyak ilmu yang sudah berhasil kita tahu, wawasan dan pengalaman dari
masing-masing individu tentunya.
Banyak
para penemu berkelas dunia diawali dari menyendiri di kamar bahkan menyendiri
di dalam hutan. Tapi yang mereka lakukan bukanlah menyendiri karena frustasi
akan tetapi sebaliknya, mereka menyendiri untuk terus menggali dan
mengembangkan seluruh potensi diri sehingga mereka bisa melahirkan sesuatu yang
berguna bagi sesamanya.
Di
jaman kinipun cara ini masih cukup efektif bagi setiap orang yang ingin
mengembangkan sesuatu yang lain daripada yang lain (unik) dan pastinya berkelas
nantinya. Dan tentu saja, apabila produktifitas itu nantinya bukan hanya
menguntungkan diri-sendiri akan tetapi juga bermanfaat bagi semua penggunanya.
Sepi sunyi senyap kadang bisa menjadikan hati tentram bagi
sebagian orang namun bisa terasa menyiksa bagi sebagian lainnya. Kadang ada
orang yang merasa nyaman dengan merenung ditempat yang sepi tanpa hiruk pikuk
orang lain yang sibuk dengan urusannya. Tetapi ada pula yang merasa tersiksa
ketika dia sendiri tanpa teman yang menemani.
Namun apa daya ketika seseorang itu tercipta dalam hasrat ingin
menyendiri? Ini sangat buruk. Mengurung diri di kamar, belajar sendiri,
berangkat kerja atau kuliah sendiri, tak mau interaksi dengan teman atau kaku
dalam berinteraksi adalah sedikit hal yang biasa orang penyendiri lakukan. Termasuk
saya sendiri. Hehehe
Biasanya orang penyendiri ini membenarkan perasaan ini. Maksudnya
adalah mereka membenarkan bahwa menyendiri akan memberikan kenyamanan
tersendiri seperti merenung, memikirkan ide, mencari jawaban atas permasalahan
sendiri di dalam suasanya hening. Memang biasanya ide cemerlang muncul dari
pemikiran panjang yang tidak ada putusnya. Tetapi ini sebenarnya kurang bagus.
Karena akan lebih baik lagi ketika kita merenung ditemani dengan teman dekat
yang nantinya bisa kita aja untuk diskusi lebih lanjut. Betapa brilian
pemmikiran seseorang ketika alur berpikirnya didiskusikan dengan orang lain
yang notabene memiliki alur berpikir yang berbeda. Semakin banyak teman yang
kita ajak diskusi maka semakin baik pula ide yang keluar karena pemikiran yang
saling melengkapi.
Apalagi bagi sebagian kaum adam. Berdiam diri di sebuah tempat
sangatlah berbahaya. Orang laki laki biasanya berimajinasi dan berpikir tanpa
arah ketika mereka berlama lama berpikir dalam kesendirian. Oke awalnya bagus
mereka memikirkan hal yang baik tentang masa depan, agama, akademik, atau kerja
namun ketika sudah lama mereka akan cepat jenuh dan akan berpikir kearah yang
negatif. Ya nggak?
Maka dari itu keluarlah dari kandang! Lihatlah sekitar kita, pastilah
banyak hal yang bisa kita lakukan. Hanya untuk sekedar berinteraksi dengan
orang, mengamati sekitar kita, melihat indahnya alam itu akan melatih kepekaan
kita terhadap alam dan sosial kita.
***Ki Tirto Moyo Sandy***
Pengasuh Padepokan
Lemah Abang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar